Karavan Peradaban

Rabu, 16 Juni 2021

Bermula dari yang kedua orangtuaku ajarkan dan ceritakan di kala ku masih belia yang buta terhadap arah dan definisi dunia yang penuh dengan tanda tanya, sampai kini tiba giliran ku untuk terus belajar untuk mempelajari dan mengilhami pengetahuan dan sejarah dari lembaran buku hingga media maya sampai akhir hayat.



Dimulai dari para filsuf alam yang mempunyai ragam jawaban dan alasan tentang bagaimana alam semesta tercipta hingga kehadiran Qur’an dan popularitas teori big bang dalam bentuk kajian kosmologi ilmiah.



Ini merupakan sebuah perjalan panjang yang mengalami banyak kebersamaan dan perpisahan bagai Pangea, Gondwana dan Laurasia sebab setiap konflik yang ada di setiap inci bumi & di bawah kolong langit ini akan disertai dengan persatuan maupun perpisahan antar pihak untuk memajukan dan memperbaiki keadaan menuju arah yang lebih baik.

 


Maka dari itu berhentilah menyalahkan Pandora atas setiap konflik yang merampas setiap nyawa di dunia, layaknya yang terjadi di tanah Eropa jilid 1 dan 2 yang menyeret dan memberikan luka dan duka kepada seisi dunia, merenunglah sedalam-dalamnya! bahwa dari konflik besar tersebut kita telah belajar dan hasilnya tertuangkan dalam konvensi Jenewa untuk memanusiakan manusia di tengah konflik.

 


Kita belajar dari era kegelapan yang dipenuhi banyak tragedi degradasi moral di mana norma, pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan mencapai titik terendahnya, rasa haus akan eksplorasi mendorong kita menyikapi masalah degradasi dan upaya optimasi moral dalam peradaban kita, dengan hadirnya agama yang disertai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membimbing kita secara perlahan meninggalkan era kegelapan dan primitif tersebut.



Maka dari kebijaksanaan Baitul Hikmah dan kesombongan menara Babel bisa dijadikan contoh yang paling identik untuk menafsirkan perjalanan panjang peradaban kita, bahwa peradaban bukan tentang sekedar berubahnya ruang dan berjalannya waktu, lebih dari itu peradaban melibatkan pengetahuan, kebijaksanaan dan keimanan manusianya sebagai pedoman, yang dapat menjadi acuan dalam menghadapi masalah dan caranya hidup di lingkungan sosialnya.

0 komentar:

Posting Komentar